Oleh : Ari Supit
Jakarta, Pi News Online _ 11 Mei 2025 –
Pembangunan yang sejati tidak hanya bicara soal gedung tinggi, jalan mulus, atau jaringan internet cepat. Lebih dari itu, pembangunan yang sesungguhnya harus menyentuh hal paling mendasar: manusia. Di tengah tantangan zaman yang terus bergerak cepat—bonus demografi, perubahan iklim, digitalisasi, hingga persaingan global—Indonesia menjawabnya dengan langkah progresif: memberdayakan generasi muda dari titik-titik terjauh negeri ini. Dari dua ujung Tanah Air, semangat itu kini menyala terang melalui Papua Youth Creative Hub (PYCH) dan AMANAH Youth Creative Hub di Aceh.
Program pemberdayaan ini digagas dan dibangun oleh Deputi Ekonomi Badan Intelijen Negara (BIN) sejak tahun 2019 sebagai strategi jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi anak muda dari wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Dampaknya bukan hanya terasa di dalam negeri, tetapi juga telah menembus panggung internasional—dengan jejak keberhasilan yang telah menjelajah ke Amerika Serikat, Eropa, Belanda, Italia, Jerman, Malaysia, Singapura, dan negara lainnya. Dunia mulai menoleh, karena dari pinggiran Indonesia, kini tumbuh inovasi-inovasi segar yang mampu bersaing secara global.
Ini bukan sekadar proyek. Ini adalah harapan yang disusun batu demi batu, mimpi yang dirajut dengan semangat, dan masa depan yang sedang dipersiapkan—dari pinggiran untuk Indonesia.
PYCH: Mengubah Narasi Papua Lewat Kreativitas
Selama bertahun-tahun, Papua lebih sering digambarkan sebagai daerah “tertinggal”. Namun siapa sangka, dari jantung Kota Jayapura kini berdiri sebuah bangunan megah yang justru menjadi simbol kemajuan: Papua Youth Creative Hub.
Gedung dua lantai seluas lebih dari 3.500 meter persegi itu bukan sekadar tempat, melainkan ruang harapan. Dilengkapi dengan studio musik, perpustakaan, co-working space, ruang pelatihan, hingga asrama, PYCH menjadi rumah kedua bagi anak-anak muda Papua untuk bermimpi, berekspresi, dan menciptakan sesuatu yang nyata.
Lebih penting dari bentuk fisiknya adalah maknanya. PYCH hadir karena adanya kepercayaan: bahwa anak-anak muda Papua bukan objek pembangunan, tetapi subjek utama. Mereka tidak sekadar “dibantu”, melainkan diberi ruang untuk mandiri dan membangun masa depannya sendiri.
Berbagai kegiatan di PYCH—seperti pelatihan wirausaha kuliner di PYCH Café, pendampingan peternakan ayam petelur, hingga pengembangan konten digital khas Papua—semua bergerak menuju satu tujuan: menjadikan Papua sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kreatif yang otentik dan inovatif.
AMANAH: Aceh Bangkit Menjawab Dunia
Di ujung barat Indonesia, Aceh menjawab tantangan zaman dengan gebrakan serupa. AMANAH Youth Creative Hub (Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat) hadir sebagai oase kreativitas yang menyuburkan semangat generasi muda.
Jika dulu Aceh identik dengan konflik dan bencana, hari ini wajahnya berubah: menjadi daerah yang menanamkan benih masa depan melalui teknologi, seni, dan kewirausahaan. Fasilitas AMANAH sangat lengkap—mulai dari laboratorium kopi berstandar ekspor, bengkel motor profesional, ruang inkubasi bisnis, hingga pusat produksi pengolahan nilam dan beras unggulan.
Hasilnya mulai tampak. Produk seperti Kopi Lamno dan Nilam Aceh kini bukan hanya kebanggaan lokal, tetapi telah merambah pasar internasional. Anak-anak muda Aceh mengemas tradisi menjadi tren, mengolah sejarah menjadi produk bernilai, dan menjadikan budaya sebagai modal bersaing di tingkat global.
Tidak berhenti di situ, AMANAH juga membuka ruang bagi seni visual, animasi digital, riset pertanian, hingga pengembangan aplikasi teknologi. Bayangkan, dari tanah yang dulu bergolak, kini lahir animator, inovator, dan entrepreneur digital yang siap bersaing di dunia internasional.
Membangun dari Pinggiran: Strategi Masa Depan, Bukan Sekadar Wacana
Banyak yang mengira membangun dari pinggiran hanyalah slogan politik. Padahal, ini adalah strategi masa depan yang sangat masuk akal. Dalam dunia yang makin terkoneksi, potensi bisa muncul dari mana saja. Ketika negara hadir secara nyata—melalui fasilitas, pendampingan, dan kepercayaan—pinggiran dapat menjadi pusat.
PYCH dan AMANAH adalah bukti nyata. Mereka bukan proyek yang dibangun untuk dipamerkan, tapi benar-benar hidup. Di sana, anak muda bekerja sama, saling mendukung, bertumbuh, dan berinovasi. Mereka tak lagi menunggu dari pusat. Mereka justru menjadi pusat itu sendiri—pusat kreativitas, pusat pertumbuhan ekonomi, pusat perubahan sosial.
Ketika anak muda Papua dan Aceh diberi peluang yang sama seperti di Jakarta atau Surabaya, maka jarak bukan lagi penghalang. Karena ide, semangat, dan karya tidak mengenal batas wilayah.
Indonesia Hebat Dimulai dari Mereka
Papua Youth Creative Hub dan AMANAH Youth Creative Hub adalah cerminan masa depan Indonesia yang kita impikan: inklusif, adil, dan kreatif. Mereka menunjukkan bahwa masa depan bangsa ini tidak ditentukan oleh letak geografis. Siapa pun, dari mana pun, bisa menjadi pengubah dunia.
Kini tugas kita adalah menjaga bara semangat ini tetap menyala. Dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus terus mengalir. Karena di tangan anak-anak muda ini, cita-cita besar Indonesia—menjadi bangsa yang maju, mandiri, dan bermartabat—bukanlah mimpi yang mustahil.
Sebab sejatinya, masa depan Indonesia tidak hanya dibentuk di pusat-pusat kota, tetapi digemakan dari pelosok negeri, dari ujung timur dan barat, dari tangan-tangan muda yang berkarya tanpa henti.(Red)