Bandung, pi-news.online
Prof. Dr. Deni Kamaludin Yusup, M.Ag, CIFA mengajak kalangan cendekiawan muslim, para ilmuwan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), untuk menampilkan ”wajah baru” Islam ke-Indonesiaan, menjunjung tinggi sikap terbuka, moderat, toleran, dan inkusif.
Ajakan itu dilontarkannya dalam orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, di Aula Utama kampus itu, Jumat (14/07/2023).
”Mari kita reinterpretasi kajian hukum Islam agar bisa menjawab masalah-masalah ekonomi kontemporer, seperti kemiskinan, pengangguran, lapangan kerja, ekonomi terbarukan, industri, perdagangan, jasa, bisnis digital, dengan tanpa lepas dari rambu-rambu hukum ekonomi Islam,” ajak Prof. Deni, guru besar bidang Ilmu Hukum ekonomi Islam ini.
Kehadiran FEBI UIN SGD Bandung, lanjut Prof. Deni, turut ambil bagian menjadi pelaku sejarah dalam membangun ekonomi Indonesia yang lebih maju. ”Kita jangan menjadi ’penonton’ di tengah pertarungan doktrin heterogenitas dan hegemoni antara negara-negara maju. Kita jangan abai dan lupa, padahal kita telah tertinggal beribu langkah ke depan,” kata dosen kelahiran Kota Banjar 06 November 1974.
Pengembangan ilmu Hukum Ekonomi Islam menjadi tanggung jawab akademik. Para dosen harus mampu melakukan berbagai inovasi keilmuan dan menghasilkan berbagai karya ilmiah hasil penelitian, yang dapat memberikan sumbangan positif bagi pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat.
“Kita tidak sekadar mendapatkan pengakuan, kesetaraan, dan kepakaran dalam bidang ilmu tertetu, tetapi juga seberapa besar mampu mengembangkan ilmu yang dapat memberikan manfaat bagi khalayak,” kata Prof Deni, seraya menjelaskan bahwa problematika dan tantangan umat muslim ke depan semakin kompleks, sehingga perlu mempersiapkan SDM yang andal.
Para dosen harus terus belajar, banyak membaca, menelaah, dan menggali kembali pengalaman keilmuan para ulama, para sarjana, dan para ilmuwan terdahulu. Termasuk dari para ilmuwan UIN SGD yang sudah berhasil menanamkan fondasi awal pengembangan paradigma keilmuan wahyu memandu ilmu. (Farry nt)