Bandung, pi-news.online
Siswa SMAN 12 Bandung, Nabilla Nur Aprilliani peraih medali emas di “Maia International Karate Open (MIKO) 2023 “di Portugal pada awal Desember lalu.
Ajang tahunan tersebut diikuti 971 peserta dari 93 negara di dunia yang selalu melahirkan atlet karate berbakat, seperti Prancis, Jerman, Maroko, Portugal hingga Brasil.
Menariknya, meski harus beradaptasi dengan cuaca dingin dan menghadapi lawan dari mancanegara, alih-alih nyalinya menciut, tekadnya untuk berjuang malah semakin bulat. “Dari hari pertama di Portugal aku bener-bener semangat bertanding, penuh optimis,” katanya saat ditemui di sekolah, Senin (18/12/2023).
Medali emas tersebut seolah menjadi saksi perjuangan Nabilla sebagai karateka selama satu dekade. “Aku udah di titik ini, kalau aku menyerah sia-sia perjuangan aku. Ini bukan hal yang mudah, harus fokus dan terus menyemangati diri sendiri. Setelah perjuangan selama 10 tahun, inilah waktu yang aku tunggu-tunggu,” ungkapnya bangga.
Selain buah kerja keras dan dukungan sekolah, Nabilla bercerita, ia tidak akan sampai di titik ini tanpa doa dan dukungan orang tua, terkhusus sang bunda.
“Kalau enggak ada Mamah enggak mungkin aku bisa di sini. Orang tua mendukung banget dari SD sampai sekarang. Bahkan, Mamah selalu ada saat latihan. Peran Mamah penting banget, banget, banget,” ungkap buah hati pasangan Ani Kristiani dan Ihman Rihman Gustianai tersebut.
Meski demikian, ia juga pernah berada di titik terendah di dunia karate. Hal itu terjadi usai wafatnya sang pelatih, Erick Sensei. “Sejak kehilangan beliau, aku ngerasa bingung mau kemana. Karena, dari kecil hingga saat itu (2019) beliau adalah guru saya,” tuturnya.
Namun, ia terus melanjutkan perjuangannya. Pasca-kehilangan sang pelatih, ia pun bergabung dan berlatih di Kota Cimahi. Dari sana, ritme latihan dan fokus Nabilla lambat laun mulai kembali.
Prestasi yang ia gapai bukan tanpa perjuangan. Ada upaya “berdarah-darah” dan semangat pantang menyerah. Selain itu, bukan berarti ia tak pernah merasa gagal. Namun, ia selalu mengingat satu hal. “Enggak papa mundur satu langkah untuk bisa melangkah lebih jauh,” tegas siswa kelas XII tersebut. (Farry nt)