Pertunjukan Teater Samudra Kembali Bergemuruh di Tengah Gelombang Digitalisasi

 

Pertunjukan Teater Samudra Kembali Bergemuruh di Tengah Gelombang Digitalisasi

Pi news onlen Jateng

Di tengah arus digitalisasi yang kian masif, ketika banyak orang lebih memilih terpaku pada layar ponsel untuk menikmati berbagai tontonan, dunia teater menghadapi tantangan besar. Pertunjukan langsung yang menuntut kehadiran fisik penonton di gedung teater dianggap kuno oleh sebagian kalangan. Akibatnya, dalam beberapa tahun terakhir, seni pertunjukan teater di Purwokerto mengalami krisis penonton.

Namun, di tengah keprihatinan tersebut, Teater Sanggar Seni Samudra menunjukkan bahwa panggung teater belum padam. Alih-alih kehilangan penonton, pertunjukan terbaru mereka yang berjudul Kembang Mangsan, adaptasi dari karya sastrawan Jarot C. Setyoko, justru sukses besar.

Pertunjukan yang digelar di Gedung Soetedja itu dipenuhi penonton hingga melebihi kapasitas. Gedung yang berdaya tampung sekitar 500 orang tersebut berubah menjadi lautan manusia yang berdesakan menikmati setiap adegan.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Setya Rahendra, mengaku takjub dengan penampilan Teater Samudra.

“Baru kali ini saya sangat menikmati pertunjukan teater. Bahkan tanpa sadar, sudah sampai akhir pertunjukan. Teater Samudra sangat luar biasa—begitu kreatif dan berbeda dengan penggarapan teater lainnya,” ujarnya penuh antusias.

Pujian serupa datang dari Edhi Romadhon, seorang teatrawan senior yang telah berkecimpung lebih dari 40 tahun di dunia teater.

“Teater Samudra berbeda dari teater lainnya, terutama dalam hal penggarapan. Mereka mampu menjawab tantangan zaman, membuat penonton tidak jenuh, bahkan tanpa sadar terhipnotis selama 1,5 jam pertunjukan tanpa beranjak,” tutur Edhi.

Tak hanya menarik perhatian generasi tua, pertunjukan ini juga berhasil memikat kalangan muda. Rafli, seorang pelajar dari generasi Z yang turut hadir menonton, mengungkapkan kekagumannya.

“Pertunjukan Teater Samudra keren banget! Efek tembakan, efek darah, dan properti yang dipakai terlihat sangat nyata. Rasanya seperti menonton film, bukan pertunjukan drama biasa,” ungkapnya dengan antusias.

Fenomena ini menjadi bukti bahwa teater masih mampu bertahan dan bahkan berkembang di tengah gempuran dunia digital. Dengan kreativitas, inovasi, serta keberanian untuk beradaptasi, Teater Samudra berhasil membuktikan bahwa seni panggung tetap memiliki tempat istimewa di hati penontonnya.

Darwanto korwil Jateng

Pos terkait