Upaya Pemdes Karangreja Kembangkan Program Budidaya Jamur Tiram di Tengah Minimnya Sarpras dan Pengetahuan
CILACAP -pi news onlen Jateng
Upaya memperkuat ketahanan pangan di wilayah melalui pemanfaatan jamur tiram yang dibudidaya oleh kelompok masyarakat terus dikembangkan Pemerintah Desa (Pemdes) Karangreja, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Kali ini, Pemdes Karangreja melalui emak-emak yang tergabung dalam Kelompok Jamur Sakura, berupaya memperbanyak jumlah baglog yang dibuat sendiri untuk pengembangan budidaya jamur tiram.
Dalam kesempatan itu, emak-emak terlihat bersemangat membuat baglog bersama salah seorang Kepala Dusun setempat di
Pendopo Balai Desa Karangreja, Kamis (23/10/2025), disaksikan Kepala Desa.
“Hari ini pembuatan baglog baru sejumlah 100 baglog. Kebetulan kita dapat bantuan csr dari pertamina dan masih ada sisa bahan yang dikasih,” ujar Kepala Dusun Krikil, Icha Pratiwi.
“Kita manfaatkan, kita coba. Kalau sudah jadi baglog, kita bagikan lagi untuk ibu-ibu petani budidaya jamur yang ada di Desa Karangreja,” imbuhnya.
Adapun proses pembuatan baglog tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga bahan baku yang telah disiapkan.
“Jadi ada tiga bahan yang kita campur yaitu gergajian kayu, tapi harus mirah, kemudian kapur dan dedak dengan perbandingan satu karung gergajian kayu, tiga ons kapur dan tiga kilo dedak,” ungkap Icha.
“Hari ini baru proses pencampuran terus difermentasi selama 1-2 hari. Setelah itu, proses packing jamur ke dalam plastik kemudian direbus,” lanjutnya.
Selain memanfaatkan sisa bahan baku yang ada, kegiatan tersebut juga sebagai sarana belajar agar nantinya bisa mandiri dalam mengelola jamur tiram.
“Kalau nanti ada bantuan yang lain-lain, ibu-ibu ini bisa mengelola dan berdiri sendiri, intinya biar mandiri dalam berbisnis jamur tiram ini. Selain belajar, tadi juga ada pembahasan kelompok mengenai studi banding ke Desa Cilibang, Kecamatan Jeruklegi,” kata Kadus Icha.
“Disana sudah berhasil budidaya jamur tiram, seperti jual beli baglog, dan tarafnya juga sudah puluhan kilo. Kemarin saya ajukan untuk studi banding biar mereka
tambah ilmu, tambah pengalaman,” imbuhnya.
Diketahui, jamur tiram yang dibudidaya oleh Kelompok Jamur Sakura ini, nantinya diolah menjadi makanan yang memiliki nilai jual ekonomis.
Sementara Kepala Desa Karangreja, Setiyaji menyampaikan bahwa program ini menjadi langkah konkret Pemdes Karangreja untuk mendorong kemandirian pangan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga.
Namun demikian, Setiyaji mengaku masih terdapat kendala dalam pengembangan jamur tiram tersebut, dimana kurang tersedianya sarana prasarana yang memadai.
“Kami akui sebagai pemula ada beberapa peralatan penunjang khususnya mulai dari alat tungku untuk memasak, kompor, alat pres, kemudian alat pengering untuk hasil pengolahan dan oven. Tapi kita coba dulu menggunakan peralatan yang ada untuk memaksimalkan baglognya,” ungkapnya.
Selain minimnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pihaknya juga mengakui masih minimnya pengetahuan warga terkait pengolahan jamur tiram.
“Jadi pengetahuan mengolah yang bagus itu seperti apa hingga tumbuh menjadi jamur yang super itu seperti apa, lalu mengkondisikan cuaca ataupun suhu ruangan juga seperti apa,” ujar Kades.
“Ya kita perlu banyak pelatihan-pelatihan dari berbagai pihak yang berkompenten, kita mintakan bantuan. Dan dari warga, khususnya petani budidaya jamur, mereka juga ingin ada peningkatan dari rumah produksinya yang bisa jadi satu dan bisa dirawat bersama,” pungkasnya.
(Dwt korwil Jateng )