Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat : Siswa SMA Tunas Unggul, Nadya Rasti Allya Syabela, Juara 1 Lomba Esai Matematika Nasional “Gema Mahasiswa Matematika UPI 2024”

Bandung, pi-news.online

Antara matematika, gen Z, dan pinjaman online (pinjol).

Itulah hubungan segitiga yang dibedah dalam esai berjudul “Jurang Ketidaksetaraan: Saat Pendidikan Matematika Tak Lagi Jadi Prioritas Gen-Z” karya siswa SMA Tunas Unggul, Nadya Rasti Allya Syabela.

Esai tersebut mengantarkannya menjadi juara 1 Lomba Esai Matematika Nasional pada ajang “Gema Mahasiswa Matematika UPI 2024”.

Dengan tema esai “Dampak Kurangnya Akses Pendidikan Matematika pada Kesetaraan Sosial dan Ekonomi”, Nadya mengirisnya menjadi lebih dekat kepada masyarakat dengan isu pinjol. Dalam esainya, Nadya menuliskan data bahwa banyak gen Z di Indonesia yang menjadikan pinjol sebagai solusi finansial, namun merasa berat saat membayaran cicilan.
“Karena, salah satu masalah orang yang pinjol itu enggak memperhitungkan bunga, padahal bunga itu pasti bertumbuh dan bisa dipelajari dengan konsep matematika dasar dalam deret geometri,” tuturnya saat ditemui di sekolah, Jln. Abah Sastro No.20, Kota Bandung, Rabu (15/1/2025).
Di sinilah pisau analisis esainya mengungkap kurangnya literasi keuangan, minimnya penguasaan ilmu matematika serta dorongan fenomena fear of missing out (FOMO/takut ketinggalan tren) menjadikan pinjol sebagai solusi finansial yang semu. “Apa pun alasannya (untuk menggunakan pinjol), kita harus bisa memperhitungkannya dengan matang,” ujar sulung dari tiga bersaudara ini.

Ia mengatakan, prestasi yang diraih tak lepas dari bimbingan Bu Mega, guru pendampingnya. Ia juga sangat terbantu dengan program riset trail yang digagas oleh sekolah sehingga dirinya terlatih untuk menulis ilmiah dari waktu ke waktu. Selain itu, melalui program mentoring, mentalnya tetap terjaga, alih-alih burnout karena selalu ada Bu Damar, guru mentornya yang selalu ada untuk mendengarkan keluh kesah dan masalah yang ia hadapi.

“Aku lihat peserta lain presentasinya amaze banget, tapi aku bilang ke diri sendiri, ‘Oke Nad, kamu udah lakuin yang terbaik’. Hasilnya pun bikin aku speechless. Alhamdulillah, proses ini bisa aku lewatin dan dapat bonus sebagai juara. Aku bersyukur banget,” ungkap siswa kelas XI tersebut.
Berlari dalam Dua Lintasan
Lembar esai yang ia tulis tak selesai tanpa perjuangan. Ia bercerita, saat menggarap esai tersebut, ia pun sedang mempersiapkan kegiatan di sekolah. Berperan sebagai wakil ketua OSIS membuatnya harus berlari dalam dua lintasan secara bersamaan. “Karena itu, aku menyelesaikan esai saat masa perpanjangan lomba. Langsung dikebut seminggu dan hanya revisi dua hari,” ceritanya.

Namun, cerita belum selesai. Setelah esainya rampung dan lolos sebagai finalis, saatnya Nadya menyiapkan bahan untuk persentase. Kondisinya masih sama, ia masih berlari di dua lintasan. Namun, kesibukannya di OSIS tak menjadikan lalai pada tanggung jawab. “Meski kejar-kejaran, aku sadar salah karena sempat menunda-nunda, namun kewajiban harus diselesaikan,” komitmennya. (Farry nt)

Pos terkait