Bandung, pi-news.online
Kompetisi Ngawih digelar pada Rabu (14/12) sebagai salah satu rangkaian kegiatan Mandufest ke-3 MAN 2 Bandung. Ngawih berarti menyanyikan kawih. Kawih memiliki arti nyanyian, atau teks puisi untuk dinyanyikan. Setiap perwakilan kelas dari kelas X, XI, dan XII diwajibkan berpartisipasi langsung dalam perlombaan tersebut. Setiap peserta harus mempersiapkan supaya mampu menyanyikan lagu sunda yang kemudian diberikan penilaian oleh tiga juri kompeten di bidang tersebut yaitu H. Aziz Salim, S.Ag., Wahid Ahmad, S.Sos., M.Si., dan Sani Tijanil Matin, S.Pd.
Dalam perlombaan ngawih mandufest ke-3, panitia bidang seni menentukan lima materi lagu yaitu Bubuy Bulan, Peuyeum Bandung, Sorban Palid, Manuk Dadali, dan Es Lilin. Menurut koordinator bidang Seni, Siti Nanjar, M.Pd, pemilihan kelima lagu tersebut dengan mempertimbangkan kemudahan lagu untuk dinyanyikan dan kepopuleran lagu di kalangan masyarakat Sunda sehingga tidak terlalu memberatkan siswa dan siswi. Oleh karena itu, diharapkan perlombaan ngawih bisa diikuti semua siswa-siswi MAN 2 Bandung.
Menurut Riska (X-8) salah satu peserta lomba ngawih, “Ngawih sudah tidak asing bagi saya karena keluarga saya sudah terbiasa dengan musik dan berbagai genre musik, dengan adanya lomba ngawih saya bisa berekspresi karena memang dasarnya saya hobi bernyanyi.” Selain itu, menurut Kirani (XI MIPA 1) peserta lomba ngawih juga mengatakan, “Sangat senang dan menyambut baik lomba ngawih ini karena bisa mengeksplorasi kemampuan diri. Saya sampai belajar otodidak sendiri sembari menonton youtube di rumah.”
Husen Abdullah, S. Ag, ketua mandufest ke-3, menjelaskan bahwa lomba ngawih sudah dilaksanakan sejak awal mandufest pertama yang dilaksanakan pada tahun 2019. Lomba ngawih digelar sebagai langkah nyata MAN 2 Bandung dalam ngamumule Budaya Sunda. Menurutnya, lagu-lagu kawih Sunda sudah jarang didengar di berbagai media. Oleh karena itu, mandufest selalu memberikan ruang pada lomba ngawih sebagai bukti eksistensi Budaya Sunda, mengenalkan dan mendekatkan lagu-lagu sunda pada anak-anak generasi Z supaya tidak melupakan budayanya sendiri.
Perlombaan ngawih diikuti oleh sebagian besar siswa dan siswi MAN 2 Bandung. Teman-teman sekelas ikut memberikan semangat atas penampilan mereka di atas panggung. Menurut H. Aziz Salim, S.Ag, salah satu juri ngawih, kemampuan anak dalam ngawih memang ada yang bagus tetapi masih ada yang kurang. Beliau melanjutkan, hal yang menjadi indikator kemenangan oleh juri meliputi dua hal yaitu suara yang memiliki karakter unik dan mampu menyanyikan dengan baik contohnya kesesuaian antara suara, nada, dan musik. Beliau berharap untuk tahun selanjutnya, panitia menentukan genre musik ngawih yang harus dibawakan peserta dengan memilih lagu-lagu sunda degung yang memang bagian dari budaya Sunda buhun. Karena saat ini, kawih yang ditampilkan merupakan kawih kontemporer. Hal ini diharapkan sebagai cara MAN 2 Bandung untuk lebih menghargai, mengapresiasi, dan mendalami budaya Sunda. (FS)